Sabtu, 20 Julai 2013

Bulan Cair


Dan termangu aku di satu penjuru dunia
Kelihatannya, sendiri.
Bertemankan langit biru pekat yang penuh bintang bergantungan
Juga sang bulan yang terang perasaannya.

Dan terduduk aku seketika
Memikir mana puisi puisi dulu yang kita karang bersama
Mencari mana ilham dulu yang datang bila kita berdua.

Lalu bercintalah kita dengan tulisan
Berkasihlah kita dengan bait indah yang lahir dari perasaan;
yang sama.

Maka terus terusan kita menulis
dengan cinta
dengan bait bait kata yang cuma kita dua tahu makna.

Seolah dunia ini kita yang punya,
malam malam kita berdua dengan bulan terang.
Asyik kita melukis kata, ketawa, gembira, suka.

Bulan hampir mencair.

Dan aku masih duduk di penjuru itu.
Penjuru kita dulu.
Yang kini hanya aku, dengan langit pekat warna biru.
Dengan puisi yang sudah kebasahan penuh titis titis cahaya bulan yang cair.

Dan begitulah akhirnya.
Aku, di penjuru dunia menunggu bulan hilang lenyap sampai bila bila.

Kerana sama seperti engkau juga,

cinta kita tak lagi sama.
Dan rasa sepi ini, malangnya cuma aku yang rasa.

Lalu di antara kelip kelip bintang,
bersama sama bulan; aku juga turut hilang.


Tiada ulasan:

Catat Ulasan